
Hujan yang malang. Kali ini kedatangannya banyak diperbincangkan di semua mass media. Mungkin karena kedatangannya yang keroyokan di beberapa tempat. Tak hanya membuat genangan, tapi bahkan banjir. Jakarta, Manado, Semarang, dan lainnya. Beruntung current city saya aman dari banjir. Alhamdulillah. Tapi saya sedih juga melihat sodara-sodara yang sedang berkecamuk dengan air bah yang menggenangi rumah mereka
Jaga mereka selalu, Tuhan. Cukupkanlah dengan segala kebutuhannya.
Kalo dipikir-pikir lagi…
Hujan itu tidak salah… manusia saja yang lalai kurang menjaga lingkungannya. Sampah dibuang sembarangan.
Hujan tidak salah… saluran gorong-gorongnya dan drainasenya saja yang nggak sanggup menampung debit airnya.
Hujan tidak salah… manusia saja yang mengkonversi lahan hijau seenaknya menjadi hutan beton.
Hujan itu tidak salah… dia hanya datang melaksanakan tugas dari Dia yang Maha Berkehendak. Ya.. hujan memang tidak salah. Manusia saja yang tak mau disalahkan atas perilakunya yang semena-mena pada bumi. Bumi saja tidak pernah membenci hujan. Kita malah dengan congkaknya merasa benar dengan atas perilaku dan perangai kita (dan saudara kita terhadap bumi).
Kata bapak temen saya, hujan itu anugerah. Bukan bencana. Memang. Ada rahmat dan rejeki dibalik datangnya hujan. Andai bisa lebih jeli kita melihat ke dalam. Selalu ada hal positif dibalik sesuatu yang negatif.
Saya sangat menyukai hujan. Meski saya bisa sakit kalau terkena air hujan sedikit saja, tapi tak pernah menyurutkan niat saya untuk bermain-main dengannya. Merasakan bulir-bulir air yang menyentuh wajah. Itu mendamaikan sekali. Hujan dan gerimis selalu memiliki irama yang cukup magis yang bisa membuat saya menari dan tersenyum. Sejenak melepas kepenatan akan dunia.
Continue reading »