Belajar melepaskan ala Fumio Sasaki

Posted on

“Kebahagiaan bukanlah memiliki apa yang kita inginkan, melainkan menginginkan apa yang kita miliki.”
– Rabbi Hyman Schantel

i have a new addiction. disela-sela hecticnya kegiatan di bulan ini mbaca “Goodbye, things” karangan Fumio Sasaki. Gara-gara Mba Atiit yang nerapin gaya hidup “clean and decluttering, less waste and minimalism” jadinya ikut kebawa pengen cari info sebanyak-banyaknya tentang hidup rapih (meski dari dulu ngga suka dan gemes banget sama keberantakan, life is already a mess, janganlah ditambah berantakan lainnya, eh lha kok curhat. #abaikan). Liat documentary tentang minimalism di Netflix, trus liat serial Marie Kondo di Netflix juga, somehow minimalism is the new green (at least for me).

Konsep minimalis yang ditawarkan oleh Fumio Sasaki ini ekstrim gila, berbeda dengan metode Marie Kondo yang (juga membuang barang tapi juga) lebih milih menyimpan barang yang masih spark joy di kehidupan kita, si Sasaki ini lebih ke throwing away barang-barang yang kita punya dan hanya menyimpan yang essential aja. Ngga peduli mau spark joy apa ngga, ketika barang tersebut uda ngga essential ya mending hempaskan sajah. Dalam bukunya, Sasaki memberikan 55 tips berpisah dengan barang yang kita punya, tanpa ragu dan tanpa ampun. Intinya adalah membuat kita lebih fokus pada prioritas dan tidak perlu memberi banyak perhatian pada barang yang sebenernya tidak kita butuhkan. di sini si Sasaki banyak kata-kata yang cukup menohok dan membuat saya bergumam “iya juga yaa..”. Continue reading »


#ObralObrol: Buah Manggis

Posted on

Siang itu masih sama seperti siang biasanya, yang membedakan adalah hari itu ada mahasiswa yang melaksanakan seminar hasil dan diberi konsumsi sebuah parsel buah dengan isi yang macem-macem. Ada manggis, pisang, anggur dan beberapa buah lainnya.

DAS: ibuku tuh suka sama manggis. kulitnya suka dijemur terus diseduh pake air.

all: *nyimak ceritanya

DAS: tau ngga rasanya gimana? pait. kaya kehidupanku.

hahaha. kalau dipikir-pikir mah ya. hidup ya emang begitu itu.


ObralObrol: Inikah Rasanya?

Posted on

Me: jadi gimana rasanya?

Him: apa?

Me: being 30-ish.

Him: rasanya deg-degan.

Me: waaah. Aku jadi ikt degdegan.

Him: welcomeeee.

Me: ishh. masih belooom.

Sebuah tanya yang sempat tersampaikan kepada seorang teman di awal tahun 2018. Kebetulan ybs habis posting mengenai umur 30an. Saya lupa tepatnya postingannya apa. Karena udah kehapus juga kan ya ig storynya ybs (yang cuma bertahan 24 jam aja). Saat itu, memang masih 7.5 bulan lagi saya menikmati penghujung angka 20an. Saya ngga mau dong ya diselameti duluan. hahaha.

Continue reading »


ObralObrol: Lagunya Nella Kharisma

Posted on

*lagi milih lagu2 yg mau diunduh di Spotify

Him: Ndah yg Nella Kharisma dong.

Me: yang apa? Bojo galak? Opo ditinggal rabi?

Him: lha mengko baper awakmu.

Me: wes tauu.

Him: *ngguyu ngakak kepingkel-pingkel

Me: *misuh-misuh (in a good way).

 

well, i don’t blame something that happened on me. Ditinggal rabi emang udah sering sih. Tapi ditinggal rabinya sama gebetan kok, bukan sama pacar.. jadi rasanya ngga yang berat-berat amat. Cuman ya emang kerasa banget sih sedihnya.

Tapi 1 hal yang saya percaya bahwa setiap yang terjadi kan memang sudah kehendak dan yang dimau semesta, setiap Tuhan menghindari saya untuk masalah atau cobaan yang berat, Ia mematahkan hati ini. Seperti kejadian dengan seseorang yang pernah saya sayangi sepenuh hati saat saya masih kuliah (well sekarang sudah ngga sih, kalau kamu baca ini tolong jangan GR), 4 tahun menunggunya yang entah itu termasuk sabar, ngeyel atau bodoh, toh pada akhirnya ngga bisa bersama (tapi alhamdulillah kami masih berteman baik). Dengan yang lainnya juga.. sampai harus berpikir, ya Tuhan… butuh berapa kali patah hati lagi agar sampai ke hati yang tulus mencintai?

Hehehe, kenapa dari mbahas playlist lagu berujung curhat gini yak?