Ramadan sudah selayaknya menjadi repetisi suka dan cita setiap tahunnya. Saya sangat mendamba datangnya bulan suci ini. Momen kebersamaan bersama keluarga maupun sahabat terdekat. Apapun itu, intinya mendekat dan semakin dekat. Ramadan kali ini buat saya terasa sangat berat. Bahkan dari awal kedatangannya. Definisi mendekat dalam kebersamaan itu terasa nyata. Karena saya harus berjelaga di awal Ramadan bersama keluarga di rumah sakit.
Yep, ayah saya masuk rumah sakit tepat beberapa hari sebelum Ramadan datang. alih-alih tidak bisa buang air kecil dari hari jumat dan seninnya full ngurus kerjaan di kantor, sepulang dari kantor pun ambruk dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit. I thought that was a fine condition because I didn’t get any news about Bapak. Ibuk baru cerita kalau harus ngamar ya selasa malam dan harus pindah rumah sakit karena di rumah sakit sebelumnya kondisi Bapak tidak terdeteksi penyakitnya apa. Rabu dini hari, Bapak sudah pindah ke RSUD Bangkalan. Sudah dapat kamar. Di hari yang sama, saya ada FGD dengan DPU Kota Mojokerto untuk pekerjaan RTBL. sepulangnya dari Mojokerto saya langsung pulang ke Bangkalan, tidak lagi ikut rombongan ke Malang.
Sedih rasanya melihat orang yang kita sayang tergeletak lemah tak berdaya, apalagi ini pertama kalinya seumur-umur dalam hidup saya melihat Bapak masuk rumah sakit. Bapak yang biasanya ngga bisa diem di rumah malah terbaring lemas di kasur rumah sakit. ah Bapak, sungguhlah saya nda bisa berkata apa-apa. berusaha kuat (untuk tidak menangis) sangatlah tidak mudah. Ramadan kali ini memang berat, semoga ada banyak hal baik menunggu di akhir Ramadan. Semoga sakit ini menjadi penggugur dosa, dan semoga sakit ini hanya sebentar saja.
ps. i don’t like staying at hospital. 2 weeks is more than enough.