Coban Cinde

It doesn’t really matter how slowly you go as long as you don’t stop.

Partner jalan-jalan kali ini masih sama, si Wulan Ralando. Emang dasar anaknya ndak bisa diem ya kalau liburan, jadi yaaa akhirnya kami pergi berdua menghindari hiruk pikuk duniawi Kota Malang. Rencana awal sih ya, pengennya jalan-jalan ke salah satu pantai di Kabupaten Malang bagian selatan. Namun apa daya, akhirnya terbelokkan ke Kabupaten Malang bagian timur. Wulan bilang, ada air terjun baru di Kecamatan Tumpang. Okay, let’s see. Berbekal GPS di hp, maka dengan pedenya kami menuju Timur.

Lokasi Coban Cinde berada di Desa Benjor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Karena lokasinya yang masih baru banget, maka akses ke sana cukup susah. Letaknya yang cukup tersembunyi dan belum banyak dikunjungi wisatawan menjadikan medan menuju lokasi air tersebut cukup berat. Bahkan tempat untuk memarkir kendaraan yang paling dekat dengan lokasi adalah di rumah warga yang jaraknya ditempuh sekitar 2 jam jalan kaki.

Sewaktu kami berdua menitipkan motor di rumah warga, kami membulatkan tekad untuk ke lokasi air terjun. Kami tidak tau jalan mana yang harus kami berdua lalui, maka cara termudah dan terakurat adalah bertanya pada warga. Tak banyak warga yang bisa ditemui selama perjalanan, jadi kami memakai intuisi. melewati jalan setapak yang berujung ke hutan yang sangat rapat. Ngga kebayang kalau nantinya saya dan Wulan tersesat. Sepanjang jalan tidak terlihat warga sama sekali. Lalu sampailah kami di penghujung jalan setapak. di ujung bawah terlihat sudah ada air terjun yang melambai ingin dikunjungi. Namun untuk menujunya tak ada jalan lain selain menyusuri lereng gunung yang cukup menantang. yang hanya berisikan semak-semak dan jalan setapak yang curam.

Butuh kehati-hatian yang cukup besar agar tidak terjatuh ke semak-semak ataupun keseleo (seperti yang saya alami sewaktu pulang). Percayalah, jalan dengan kondisi normal aja cukup berat (terutama saya yang udah lama banget ngga main-main ke gunung) apalagi dengan hati kaki yang tertatih. setelah menyusuri jalanan tersebut, rintangan selanjutnya adalah melewati sungai yang dingin dengan arus yang cukup kuat (pas pulang saya sempat tergelincir dan hampir hanyut. mengutuki diri yang tak bisa berenang dan malah merepotkan Wulan.).

Akhirnya… sampailah kami diujung perjalanan ini. Sebuah air terjun yang cukup indah menjadi saksi bisu segala pencapaian dan kelelahan hari ini. Tapi apapun itu, sejauh dan seberat apapun perjalanan, yang paling penting adalah terus melangkah. Tak peduli seberapa pelan dan kecil langkah kaki tersebut. Ada hadiah cantik yang menunggu di ujung jalan itu. Selama kita tak berhenti melangkah, dan berhenti berdoa. if there is a will, there is a way.

 

Love,

I.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *