Bagaimanakah memaknai bahagia? Kapankah terakhir kali merasakan bahagia?
Malang, 21 Februari 2014.
Saya dikejutkan oleh notifikasi dari twitter yang masuk di handphone saya sore kemaren.
Ari M(@buzzerbeezz) tweeted at 2014-02-20 16:21:
Hai @indahfaruk, cek link ini dong (http://buzzerbeezz.com/2014/02/19/pemenang-turnamen-foto-perjalanan-ronde-36-taman/) Krn fotomu jd favoritku, aku akan kirim kartu pos ke kamu. Minta alamat yaa.. 😀
Mas Ari, adalah tuan rumah untuk turnamen foto perjalanan yang diadakan beberapa hari yang lalu. Jadi ceritanya saya juga ikutan. Saya ambil sebuah foto favorit saya yang saya bidik sendiri di tahun 2009 waktu saya mengikuti diklat pengurus himpunan di sebuah desa di Batu, Jawa Timur. Nah akhir2 ini saya sibuk ngurusin pengumpulan proyek untuk RDTR Lumajang. Sehingga saya kurang ngeh sama turnamen ini lagi. Yah namanya juga nothing to lose ikutannya. Mau menang sukur. Ga menang ya coba lagi. Hahaha..
Dan begitu saya dapat link tadi dari Mas Ari, saya kaget. segera saya buka link tersebut. dan jengjeng… begini penampakannya.
Alhamdulillah yah foto saya difavoritin ternyata. Meskipun nggak keluar jadi juaranya. Ah tapi gapapa. Belum genap kegembiraan saya, ternyata mas ari juga akan mengirimkan post card. Waaaa double excited. Kebetulan saya juga newbie post crossing yg lagi suka ngumpulin post card.
Bahagia menurut saya memang tidak harus memiliki sesuatu dengan cara yang mewah. Bahagia dapat diciptakan dari hal-hal kecil. Bisa dari mensyukuri apa yg ada. Menerima dengan ikhlas. Mungkin seperti itu cara Tuhan membalas hal baik yg dilakukan umatnya. Ketika tidak sedang berharap apa-apa, eh tau-tau dapat pahala yang berupa hadiah. Dobel lagi. Nikmat mana lagi yg bisa didustakan? I couldn’t be more happy. Alhamdulillah. Tidak sabar menunggu kiriman kartupos dari Mas Ari. 😀
The happy girl,
I.