#KangenIbu

Malang, 1 februari 2014. 8:43pm.

Hai ibu, kepadamu rindu yang tak bertepi ini akan selalu pulang.

Malam minggu kali ini saya habiskan seorang diri. Tidak ada seorang pun yang tersisa di kos ini, selain saya. Mungkin ada mbak kos yang di kamar bawah. Long weekend memang menyebalkan, adek-adek kos pada balik ke rumah masing-masing. Mereka pergi meninggalkan kesunyian. Kali ini saya berkawan dengan sepi.

Belum ada satu jam saya sampai di kos setelah pergi makan dengan teman. Ingin menonton tv di ruang tengah, tapi tak ada channel yang menarik. Saya kembali ke kamar, menyalakan laptop dan mengutek-utek handphone. Ngecek twitter, email, sesekali membalas pesan yang dikirimkan teman via line dan whatsapp.

Saya baru ingat, saya masih punya 1 jam bonus telp. Saya melihat ke arah jam. Ah, masih jam 8.30 pm. Ibu saya pasti masih terjaga. Memang biasanya jam 8an masih nongkrong di depan tv. Entah di temani bapak, entah sendirian. Tidak ada lagi aktivitas sehari-hari dari tempatnya bekerja.

Tanpa ragu saya memencet tombol berwarna hijau di layar handphone android saya. Terdengar bunyi Tuut yang lama. Saya sempat curiga. Ini ibu saya ke mana. Tumben tidak mengangkat dengan cepat.

“Halo..” terdengar suara yang cukup lemah ketika telepon tersambung. Saya menanyakan kabar. Ah ternyata ibu saya sedang kecapekan. AKtivitas seharian di tempatnya bekerja membuatnya harus segera beristirahat. Saya tidak mau mengganggu ibu saya yang hendak beristirahat. Mendengar suaranya yang melemah pun saya tidak tega, meski terdengar ada peningkatan intonasi begitu tau saya yang menelpon. Obrolan singkat ini terpaksa saya akhiri. Tapi setidaknya saya sudah menyampaikan keinginan saya untuk pulang. Entah kapan. Mungkin dalam minggu-minggu depan. Ah cukup menyesal kenapa saya menelpon ibu saya jam segini. Harusnya kan tadi siang. Agar waktu mengobrol lebih lama. Saya termasuk senang mengobrol dengan ibu saya, tak peduli mau sebentar ataupun lama.

Rasa rindu saya malam ini terobati meskipun sebentar. 1 menit 37 detik yang menenangkan dan mendamaikan. Ingin rasanya saya membekukan waktu. Agar perasaan ini terekam dan tidak hilang, tidak menguap terbawa angin malam.

Ibu… jikalau saya layaknya ombak di laut, engkau adalah pantai yang selalu menjadi tempat saya berpulang. Saya sayang ibu.. Semoga Allah menyelimuti tidurmu dengan doa dan rindu yang tak akan pernah habis terucap untukmu.

 

Yang menyayangimu, I.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *